Taman di Puri Agung Blahbatuh |
Sejarah
Blahbatuh sangat erat hubungannya dengan kerajaan Bali Aga, yaitu Kerajaan Bedahulu
dengan Dinasti Udayana Warmadewa, yang salah seorang
menterinya, yaitu Kebo Iwa berkedudukan di Blahbatuh. Masyarakat Bedahulu: tentu juga orang Blahbatuh adalah
orang Bali Aga, berasal dari sebuah desa
dikaki Gunung Raung Jawa Timur. Begitu
pula tata cara kehidupannya sangat erat hubungannya dengan cara hidup masyrakat kerajaan
Kediri di Jawa Timur yang didirikan oleh Airlangga putra
Udayana raja Bedahulu sampai
dengan Majapahit, yang didirikan oleh Raden Wijaya keturunan Airlangga. Jadi
mereka semua adalah satu keluarga, satu keturunan.
Kemudian setelah Bali diperangi lalu dikalahkan oleh Gajah Mada, Mahapatih
Majapahit, yang ingin menyatukan Nusantara dengan Sumpah Palapanya, Bali tidak
mandiri lagi. Raja Bali diganti dengan Dinasty Dalem Kresna Kepakisan dari
Majapahit berkedudukan di Samprangan,
beralih ke Gelgel lalu ke Kelungkung.
Bali bebas mandiri waktu Majapahit dikalahkan dan
dihancurkan oleh Raja Islam. Maka Bali menjadi penampung ahli falsafah Hindu
Majapahit tentu juga menampung seniman dan juga para budayawan Majapahit.
Kemudian
datang penjajah Belanda yang diakhiri oleh pemerintahan Jepang disusul oleh zaman
kekuatan Nika Yang membentuk Negara
Indonesia Timur (NIT). Akhirnya mengikuti Negara Kesatuan Republik Indonesia sampai sekarang.
Tata cara kehidupan masyarakat Bali kita sehari-hari
dimulai dari
kerajaan Bali Kuno (Bali Aga) yang
cikal bakalnya dari orang Bali Aga
yang dibawa oleh Rsi Markandeya, seorang Rsi asal India penganut Hindu dari kaki Gunung Raung Jawa Timur. Adapun
perjalanan Rsi Markandeya
yang terkenal juga
di sebut Bali Yatra ke Bali, yaitu perjalanan suci ke Bali, mulai dari India menuju ke
Pegunungan Dieng Di Jawa Tengah lalu ke Gunung Raung di Jawa Timur.
Kemudian
beliau ke
Besakih bersama dengan
delapan ratus (800) orang pengikutnya yang bernama Orang Aga. Setelah sampai di Bali waktu merabas hutan sebagian besar meninggal dunia. Maka beliau
kembali ke Gunung Raung
Jawa Timur.
Setelah
Beliau bersemedi mendapatkan
pawisik harus menanam
Panca Datu di Besakih. Beliaupun kembali
lagi ke Bali dengan empat ratus (400) Orang Aga
lagi. Syukur semua selamat. Maka pengikut beliau menyebar dan
beliau sendiri ke
barat lalu menetap di Taro, mendirikan pura Gunung Raung Taro. Waktu itu beliau membawa sapi putih/lembu yang sampai saat ini dianggap
binatang keramat/suci oleh masyarakat Bali. Setelah itu, datanglah ke Bali
Dinasti Warmadewa dari Indo Cina/Kamboja, yang pratastinya ada di Sanur, menguasai Bali,
yang leluhurnya berasal dari India juga dan menjadi raja di Bedahulu.
Raja yang pertama adalah Sri
Udayana Warmadewa didampingi
Bagawanta Mpu Kuturan, penganut Budha. Daerah ini disebut Pejeng sekarang. Mulai saat
itulah
orang Bali mengatur
adat istiadat maupun pemerintahaan dengan bimbingan Mpu
Kuturan, yang bermusyawarah di Bedulu terkenal dengan sebutan Samuan Tiga,
(Pura Samuan Tiga) . Penduduk
dibagi menjadi dua golongan
yaitu :
1.
Kaum Bangsawan/Penguasa dan
2. Yang lainnya masyarakat professional dengan julukan/warna sesuai dengan keahliannya/
pekerjaannya
masing-masing seperti :
a. Pasek Bendesa, penguasa/pimpinan suatu daerah
b. Sangging/Undagi para seniman gambar dan ukir
c. Pande:
pembuat senjata, alat2 dapur, alat petani maupun perhiasan dan gambelan.
d. Bujangga atau Sri Mpu/Jero Mangku, pemimpin agama termasuk adat istiadat.
Mereka semuanya
disamping mempunyai keahlian masing - msaing dalam kehidupannya sehari – hari
adalah bertani dan berternak. Sejak saat itulah masyarakat
Bali dalam kehidupan
pertaniannya
diatur oleh subak dengan sistim pengairan subak, sampai saat ini.
Salah satu daripada Putra Udayana Warmadewa
yang paling tua: Airlangga yang beribukan Mahendra Data dari Medang
Kemulan daerah Demak sekarang,
dijadikan anak angkat oleh pamannya Sri Darmawangsa, kakak kandung Ratu Mahendra Data yang tidak mempunyai putra Laki - laki tetapi seorang anak
wanita yang bernama Kilisuci menjalani kehidupan sebagai seorang biksu/pendeta.
Maka, Airlangga yang diangkat menjadi raja di Kediri mengembangkan sistim pertanian
Bali di Jawa yang membangun bendungan Waringin Sapta pada tahun 1037. Pada waktu itu Kediri dan Bedahulu erat hubungannya sampai -
sampai kesusastraannya
serta sistim upacara agama di ikuti oleh Bali. Karena selisih
paham dengan penguasa daerah bawahannya, Singosari maka terjadilah perang antara Kediri dengan Singosari. Kediri dikalahkan
oleh Ken Arok penguasa
Singosari.
Berdirilah Kerajaan Singosari, yang kemudian
diserang oleh orang China.
Setelah
itu orang China dikalahkan oleh Raden Wijaya, yang
mendirikan Kerajaan Majapahit
dengan Maha Patih Gajah Mada yang letaknya di Mojokerto sekarang.
Maha Patih
Gajah Mada
ingin menyatukan seluruh Nusantara termasuk Bali, yang rajanya satu keturunan dengan Mahapatihnya Kebo Iwa
yang berkedudukan di Blahbatuh/Bala Batu yang sakti serta disegani. Sebelum Bali diserang, Gajah Mada datang ke Bali mengundang Kebo Iwa ke
Majapahit dengan janji akan diberikan jodoh. Kebo Iwa berangkat ke Jawa melewati
Jimbaran. Sebelum menyeberang beliau sembahyang di Uluwatu. Selesai sembahyang beliau
mendapatkan batu menyala/membara. Maka beliau membatalkan niat keberangkatannya
lalu membawa batu tersebut pulang ke Blahbatuh dan di semayamkan di Pura Dalem
Maya. Kemudian beliau berangkat lagi ke Jawa lewat Gilimanuk. Selat Bali waktu
itu masih sempit, dimana beliau bisa menyeberang dengan jalan kaki. Akhirnya
beliau ditipu oleh Gajah Mada bukan diberi jodoh tetapi ingin dibunuh. Beliau
disuruh membuat sumur untuk sang calon istri. Waktu membuat sumur beliau
dilempari batu oleh masyarakat. Batu-batu tersebut dilempar kembali mengenai
masyarakat dan banyak masyarakat yang mati. Beliau menyadari akal Gajah Mada
lalu siap wafat dengan menyuruh Gajah Maja bersama masyarakat melempari beliau
dengan sirih kapur. Maka keinginan Gajah Mada terpenuhi. Untuk mengenang jasa
Kebo Iwa yang membuat Pura termasuk adat
istiadat diseluruh Bali, serta kebesaran Jiwanya maka penduduk Blahbatuh
membuat patung beliau yang disemayamkan di Pura Puseh Blahbatuh.
...bersambung